Print

Iran menghadapi krisis energi yang tinggi telah melumpuhkan operasi industri, mengganggu kehidupan sehari-hari dan semakin menggelapkan lanskap ekonomi yang sudah genting. Meskipun memiliki beberapa cadangan gas alam dan minyak bumi terbesar di dunia, ketidakmampuan negara memenuhi permintaan energi lokal menegaskan inefisiensi sistemik dan kerentanan waktu panjang. Ini termasuk efek kumulatif dari sanksi internasional yang telah berlangsung lama, infrastruktur yang menua dan dugaan upaya sabotase Israel.

Krisis itu memaksa otoritas Iran menggunakan langkah-langkah drastis, termasuk memotong listrik ke sektor industri dan membuat kegiatan manufaktur dalam kebuntuan. Daerah perkotaan, dari jalan raya hingga pusat perbelanjaan, masuk ke dalam kegelapan saat otoritas bergulat dengan pasokan listrik kurang.

Pada 20 Desember 2024, 17 pembangkit listrik sepenuhnya offline, sementara fasilitas yang tersisa beroperasi dengan kapasitas sangat berkurang.

Industri petrokimia, tulang punggung ekonomi Iran dan sumber mata pencaharian devisa yang vital, sangat terancam. Sudah beroperasi hanya pada kapasitas 70% tahun lalu karena kekurangan energi, sektor ini sekarang menghadapi prospek penurunan lebih tajam. Gangguan semacam itu mengancam memperburuk ketidakstabilan ekonomi Iran, dengan potensi dampak pada pasar global.

Peran Iran sebagai pemain utama dalam rantai pasokan petrokimia global memperbesar konsekuensi potensial. Negara ini merupakan pemasok utama LDPE ke China, menyumbang 19,3% dari impor China dalam kategori ini atau 459.532 ton dalam sepuluh bulan pertama tahun 2024.

Ketidakpastian kemampuan Iran untuk menahan volume ekspor sudah memengaruhi dinamika perdagangan global. Pelaku pasar China mencatat ketidakpastian ini menjadi salah satu faktor utama yang mencegah penurunan lebih tajam di pasar LDPE lokal China, meskipun permintaan lokal melemah.

Country
China  Iran