CommoPlast

EU imposes provisional anti-dumping duties on ABS imports from South Korea and Taiwan

EU imposes provisional anti-dumping duties on ABS imports from South Korea and Taiwan



Komisi Eropa mengumumkan penerapan bea anti-dumping sementara atas impor resin akrilonitril-butadiena-stiren (ABS) dari Korea Selatan dan Taiwan, mengikuti bukti praktik dumping yang merugikan industri plastik di Uni Eropa. 

Country

Exporter

Provisional Duty (%)

South Korea

LG Chem

3.7%

South Korea

Lotte Chemical

5.8%

South Korea

Other cooperating companies:

Kumho Petrochemical

INEOS Styrolution Korea

4.3%

South Korea

All other companies

5.8%

Taiwan

Chimei Corporation

10.8%

Taiwan

Grand Pacific Petrochemical Corporation

10.8%

Taiwan

Formosa Chemicals & Fibre Corporation

21.7%

Taiwan

All other companies

21.7%

Di antara eksportir Taiwan, Formosa Chemicals & Fibre mendapat bea tertinggi sebesar 21,7%, sementara Chimei/Grand Pacific dikenakan tarif sebesar 10,8%. Produsen Korea Selatan menerima tarif relatif lebih rendah, dengan LG Chem dan Lotte Chemical masing-masing dikenai bea sebesar 3,7% dan 5,8%. Tindakan ini berlaku untuk ABS diklasifikasikan di bawah Kode CN 3903 30 00 dan mulai berlaku segera setelah dipublikasikan di Jurnal Resmi Uni Eropa.

Keputusan Komisi berasal dari pengaduan diajukan produsen Eropa yang menuduh adanya pemotongan harga terus-menerus oleh pesaing asal Asia. Penyelidikan awal mengonfirmasi adanya margin dumping signifikan dan kerugian material bagi industri UE. Langkah sementara ini akan tetap berlaku sambil menunggu konsultasi lanjutan dan penetapan akhir yang diperkirakan akan diumumkan pada akhir 2025.

Penerapan bea ini diperkirakan akan mengubah alur perdagangan global ABS, terutama berdampak pada eksportir asal Taiwan. Dengan Eropa kini menjadi tujuan kurang menarik, volume ekspor diperkirakan akan dialihkan ke Asia dan Timur Tengah, di mana pasar sudah menghadapi pasokan regional melimpah. Pergeseran ini dapat menambah tekanan pada harga spot di pusat permintaan besar seperti India dan Asia Tenggara, yang sudah menghadapi intensitas persaingan tinggi.

Written: Aiman Haikal