Malaysia’s Port Klang grapples with congestion as vessels queue up to nine hours to dock
The shift in shipping routes, prompted by the closure of the Suez Canal, has compelled vessels to traverse longer distances, leading to adjustments in scheduling and the selective omission of port stops to maintain timelines.
Port Klang, sebagai salah satu pusat penting perdagangan maritim global, menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan kapal. Dengan penundaan berlabuh rata-rata 9,3 jam di Westport dan 1,9 jam di Northport pada April 2024, pelabuhan tersebut sedang menghadapi penumpukan kapal yang dipicu oleh lonjakan kedatangan.
Kemacetan ini diperburuk oleh dampak krisis Laut Merah, yang memaksa perusahaan pelayaran untuk mengubah rute, memperpanjang perjalanan, dan mengharuskan adanya prioritas pada pelabuhan tertentu.
Pergeseran rute pelayaran, yang dipicu oleh penutupan Terusan Suez, telah memaksa kapal-kapal untuk menempuh jarak yang lebih jauh, sehingga menyebabkan penyesuaian dalam penjadwalan dan penghapusan pemberhentian pelabuhan secara selektif untuk menjaga jadwal. Akibatnya, Port Klang menyaksikan lonjakan pengeluran kontainer yang bertujuan memfasilitasi pengiriman barang secara tepat waktu ke pelabuhan regional.
Untuk mengatasi kemacetan ini, otoritas pelabuhan dan operator terminal berkolaborasi dalam upaya untuk menyederhanakan operasi. Inisiatif tersebut antara lain memprioritaskan kapal yang membawa kontainer ekspor dan transhipment, mengoptimalkan pemanfaatan quay crane, dan mempercepat proses bongkar muat.
Terlepas dari upaya-upaya ini, Port Klang telah mengalami penurunan kunjungan kapal sebesar lima persen dari Januari – April dibandingkan tahun 2023, dengan total 4,575 kapal pada tahun 2024.