Nov 16, 2025 12:26 p.m.

Oil prices fell as weak Asian manufacturing data, stronger dollar dampen demand

OPEC+’s decision to pause output increases in early 2026 added to concerns of potential oversupply.

Title

Available in

Harga minyak turun pada hari Selasa sebab data manufaktur mengecewakan dan penguatan dolar AS menekan permintaan. Keputusan OPEC+ menghentikan peningkatan produksi pada awal 2026 menambah kekhawatiran akan potensi kelebihan pasokan.

Harga Brent turun 45 sen, atau 0,7%, menjadi $64,44 per barel.

WTI turun 49 sen, atau 0,8%, menjadi $60,56 per barel.

Di Asia, sektor manufaktur Jepang mengalami kontraksi pada Oktober dengan laju tercepat dalam 19 bulan terakhir, menurut survei swasta, menyoroti lemahnya aktivitas industri di berbagai ekonomi utama. Data melemah itu menambah tekanan pada pasar minyak yang sudah tertekan penguatan dolar AS, membuat minyak bumi menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Akhir minggu lalu, OPEC+ mengumumkan rencana menahan tingkat produksi saat ini hingga kuartal pertama tahun 2026, menegaskan kehati-hatian di tengah ekspektasi potensi surplus minyak bumi global.

Sementara ekspor minyak bumi Rusia melalui laut turun tajam penurunan terbesar sejak Januari 2024 setelah diberlakukannya sanksi baru negara-negara Barat. Pengiriman ke pelabuhan tujuan lebih terdampak dibanding pemuatan, menyebabkan penumpukan sementara minyak di kapal tanker.

Beberapa pengamat pasar tetap meragukan sanksi terbaru akan signifikan menekan aliran minyak bumi Rusia, dengan mencatat negara itu terus menemukan pembeli alternatif meski ada pembatasan yang bertambah. Analis juga mengatakan kenaikan harga awal setelah sanksi AS terhadap Lukoil dan Rosneft sebagian besar memudar karena para pedagang menilai kembali keseluruhan prospek permintaan. 


Written
Farid Muzaffar