Saudi price cuts to Asia deepened uncertainty over global oil outlook
Oil prices slipped on Thursday as renewed concerns over excess supply outweighed modest demand growth, following Saudi Arabia’s decision to lower crude prices for December deliveries
Brent NYMEX
Harga minyak turun pada hari Kamis karena kekhawatiran baru mengenai kelebihan pasokan mengimbangi pertumbuhan permintaan moderat, setelah Arab Saudi memutuskan menurunkan harga minyak bumi untuk pengiriman Desember. Aksi jual di pasar saham global turut menambah tekanan pada sektor perminyakan.
Brent turun 12 sen, atau 0,22%, menjadi $63,38 per barel.
WTI turun 7 sen, atau 0,29%, menjadi $59,43 per barel.
Sentimen pasar tetap didominasi faktor sisi pasokan. Peningkatan produksi dari produsen OPEC+ dan non-OPEC, bersamaan dengan penurunan harga yang dilakukan Arab Saudi untuk pelanggan Asia, memperkuat ekspektasi akan ketersediaan pasokan melimpah dalam waktu dekat.
Di sisi permintaan, konsumsi minyak global naik sebesar 850.000 barel per hari (bph) dalam setahun hingga 4 November 2025, sedikit di bawah proyeksi JPMorgan sebesar 900.000 bph. Pemeliharaan kilang musiman dan aktivitas perjalanan lesu terus menekan tingkat pengolahan minyak bumi, sehingga membatasi momentum permintaan.
Sementara sanksi Barat menimbulkan tantangan operasional bagi produsen Rusia, khususnya operasi internasional Lukoil, meski dampak keseluruhannya terhadap pasokan global tetap terbatas. Analis mengatakan para investor bersikap hati-hati, menunggu sinyal lebih jelas mengenai potensi gangguan sebelum mengubah posisi mereka.
Ke depan, Capital Economics memperkirakan harga minyak akan mengalami penurunan lagi, dengan proyeksi Brent rata-rata $60 per barel pada akhir 2025 dan $50 pada akhir 2026, beralasan kelebihan pasokan terus berlanjut dan pertumbuhan permintaan lemah sebagai faktor utama menekan pasar.
Written: Aiman Haikal
