Oil rebounded as US-Hungary talks revive hopes for Russian crude, but oversupply fears linger
Crude prices rebounded on Friday after slipping earlier in the session, as optimism grew that Hungary could continue importing Russian oil following a meeting between US President Donald Trump and Hungarian Prime Minister Viktor Orban at the White House.
Brent NYMEX
Harga minyak bumi rebound pada hari Jumat setelah sempat melemah di awal sesi, seiring meningkatnya optimisme Hongaria bisa terus mengimpor minyak Rusia mengikuti pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban di Gedung Putih. Meski pengecualian itu masih menunggu implementasi final, perkembangan ini meredakan kekhawatiran waktu dekat terhadap potensi gangguan pasokan.
Minyak bumi Brent ditutup naik 25 sen menjadi $63,63 per barel, sementara WTI naik 32 sen dan berakhir di $59,75 per barel. Meski terjadi pemulihan moderat, kedua acuan itu tetap berada di jalur mencatat penurunan mingguan sekitar 2%, tertekan peningkatan produksi global.
Ketergantungan Hongaria terus berlanjut pada energi Rusia, menyumbang lebih dari 90% impor minyak buminya, menuai kritik anggota Uni Eropa dan NATO sejak pecahnya konflik Ukraina pada tahun 2022. Pelaku pasar mengatakan harapan akan adanya fleksibilitas dalam sumber pasokan minyak Hongaria membantu menstabilkan sentimen menjelang akhir sesi perdagangan.
Sementara pertumbuhan pasokan tetap menjadi titik tekanan utama. Produksi minyak bumi dari negara-negara anggota OPEC+ maupun produsen non-anggota diperkirakan akan meningkat hingga akhir tahun dan berlanjut ke tahun 2026, Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan surplus global mencapai rekor tertinggi. Arab Saudi juga menurunkan harga jual minyak untuk pembeli di Asia pada bulan Desember, mencerminkan ketersediaan pasokan melimpah di pasar.
Kargo minyak di laut mulai terlihat volume lebih tinggi, sementara stok minyak darat AS meningkat tipis sebesar 5,2 juta barel pada akhir Oktober, yang membatasi dukungan harga dalam waktu dekat. Para analis mencatat pasar terus menimbang ketidakpastian geopolitik dan dinamika pasokan terhadap sinyal makroekonomi beragam, termasuk melambatnya permintaan sektor penerbangan AS serta tingginya impor minyak berkelanjutan dari China.
Written: Farid Muzaffar
